Jumat, 31 Agustus 2012

TOPIK UTAMA - INFOKU 36


Topik
Tahun Ketiga  Pemerintahan Djoko Nugroho & Abu Nafi
Maksimalkan Anggaran Pro Rakyat
INFOKU, BLORA- Tidak terasa terhitung tanggal 11 Agustus 2012,  Pemerintahan Blora dibawah kendali Bupati Djoko Nugroho dan Wabup H Abu Nafi SH adalah hari terakhir di tahun keduanya.
Sebagaimana diketahui Bupati dan Wakil Bupati Blora periode 2010 – 2015 dilantik oleh Gubenur Jateng Bibit Waluyo pada tanggal 11 Agustus 2010 lalu.
Dan Minggu 12 Agustus 2012 adalah awal dan hari pertama di tahun ketiga kepemimpinanya, yang merupakan tonggak sejarah memaksimalkan semua potensi yang ada di Blora.
Tidak dapat dipungkiri dan hilang dalam benak masyarakat Blora bahwa pemerintahan Djoko Nugroho dan H Abu Nafi menjanjikan masyarakat dalam janji politiknya, bahwa sampai berakhirnya tahun ketiga pemerintahannya akan mensejahterakan masyarakat.
Untuk itulah beberapa tokoh masyarakat yang menyarankan agar Bupati Djoko Nugroho memaksimalkan potensi yang ada dikabupaten Blora. Seperti Minyak Bumi dan Gas, Kayu Jati, Batu alam Galian, Peternakan dan Pertanian dan lainya.
Oleh sebab itu dan sudah beberapa kali Bupati Blora dan Ketua DPRD Blora HM Kusnanto selalu tuntut kenaikan Dana Bagi Hasil dari minyak dan gas.
Tuntutan Bupati dan Ketua Dewan adalah wajar, mengingat kabupaten Blora dengan kecamatan cepunya merupakan penyangga devisa minya untuk Indonesia.
“Tapi sampai saat ini masyarakat Blora sendiri belum memperoleh kesejahteraan dari sumber minyak yang digali dari tanahnya sendiri, DBH yang diterima tidak sebanding dengan hasil minyaknya,” kata Kokok Panggilan akrab Bupati Blora beberapa waktu lalu.
DAU dan DAK dan PAD
Tidak dapat dipungkiri sampai saat ini Pemkab Blora masih bergantung Dana Alokasi Umum (DAU) dan penurunan (Dana Alokasi Khusus) pada struktur APBD.
Dengan DAU yang akan ditransfer oleh pemerintah pusat ke pemerintah kabupaten/kota dapat menutup kesenjangan antara pengeluaran dan pendapatan daerah kabupaten/kota dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai daerah otonom, bahkan pemerintah kabupaten/kota akan mengalami kelebihan dana yang cukup signifikan.
Namun demikian, perlu disadari bahwa tingkat ketergantungan pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah pusat masih tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut para ahli Perekonomian menyarankan agar pemerintah daerah berupaya menurunkan tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat  secara bertahap.
Yakni dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sehingga nantinya DAU yang berlebih seyogyanya dapat dipakai untuk mendanai proyek-proyek yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan pendapatan asli daerah.
Dengan alasan inilah Bupati Blora Saat ini Djoko Nugroho menempuh berbagai cara agar dapat meningkatkan PAD.(Agung)
Semester Pertama : PAD Masih Bergantung Banyaknya Orang Sakit
INFOKU, BLORA- Sungguh ironis kabupaten Blora yang terkenal kaya Sumberdaya alamnya seperti Hutan, Minyakbumi dan Tambang galian C lainnya, Justru PAD (Pendapatan Asli Daerah) mengadalkan dari jumlahnya orang sakit.
Pembayaran tersebut disetorkan oleh Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) rumah sakit Dr R Soetijono Blora dan rumah sakit Dr R Soeprapto Cepu.
Jumlahnya pun cukup besar, bahkan paling besar diantara obyek pajak dan retribusi serta sumber PAD lainnya.
Berdasarkan laporan realisasi PAD Maret 2012, BLUD rumah sakit Dr R Soeprapto Cepu telah memberikan kontribusi PAD sebesar Rp 4,3 miliar, sedangkan rumah sakit Dr R Soetijono Blora Rp 748 juta.
Tahun ini kedua rumah sakit tersebut ditargetkan menyetorkan pendapatan ke PAD Blora masing-masing sebesar Rp 12,4 miliar.
Selain setoran dari dua rumah sakit itu, PAD Blora paling banyak (Hingga Maret 2012) bersumber pada pajak penerangan jalan yang mencapai Rp 2,1 milyar.
 Yakni pajak penerangan jalan PLN Blora Rp 1,16 miliar dan PLN Cepu Rp 1,03 miliar.
Adapun sumber-sumber PAD lainnya setoranya ke kas daerah rata-rata baru mencapai di bawah Rp 500 juta.
‘’Setiap bulan ada pergerakan peningkatan realisasi PAD. Itu yang patut disyukuri,’’ ujar Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Blora, Komang Gede Irawadi, April lalu.
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, pendapatan terbanyak untuk sementara disetorkan oleh PT Blora Patra Gas sebesar Rp 1,17 miliar.
Sedangkan BUMD lainnya hingga laporan realisasi PAD ditulis, belum menyetorkan kewajiban PAD kepada Pemkab Blora.
Adapun lain-lain PAD yang sah, pendapatan terbanyak bersumber dari BLUD dua rumah sakit. Disusul berikutnya penerimaan jasa giro Rp 2,3 miliar.
‘’Kami berharap tahun ini realisasi PAD Blora bisa melampaui target,’’ tandas Komang Gede Irawadi.(Agung)


Semester kedua, PAD capai 58 Persen
INFOKU, BLORA, - Kerja keras yang dilakukan petugas di satuan kerja perangkat daerah (SKPD) guna mengumpulkan pandapatan asli daerah (PAD) cukup membuahkan hasil.
Di awal semester kedua tahun ini realisasi PAD Blora telah mencapai 58,59 persen atau Rp 35,97 miliar dari target tahun ini sebesarRp 61,4 miliar. Jumlah tersebut dipastikan akan terus bertambah karena pengumpulan PAD masih berlangsung.
‘’Pemkab berharap realisasi PAD tahun ini juga melampaui target seperti yang pernah dicapai tahun 2011,’’ ujar Kepala Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah (Setda) Blora, Kunto Aji, Minggu (5/8).
Tahun lalu PAD Blora ditargetkan sebesar Rp 58,4 miliar. Namun realisasinya mencapai Rp 66,6 miliar atau 114,08 persen. Prestasi itupun mendapatkan apresiasi positif seluruh fraksi di DPRD.
Menurut Kunto Aji, laporan realisasi PAD disusun setiap bulan. Dengan begitu akan terlihat perkembangan pencapaian PAD. Jika diketahui adanya pos PAD yang penerimaannya kurang bagus, maka SKPD pengampu pos PAD tersebut diminta memperbaikinya.
‘’Dengan begitu perkembangannya akan terpantau terus dan pada akhir tahun realisasinya bisa memenuhi target atau bahkan melampaui target,’’ tandasnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, PAD dari pajak daerah tahun ini ditargetkan Rp 10,52 miliar, realisasinya pada akhir Juni mencapai 49,40 persen atau Rp 5,2 miliar.
Realisasi retribusi daerah sebesar Rp 4,43 miliar atau baru mencapai 50,26 persen dari yang ditargetkan tahun ini sebesar Rp 8,83 miliar. Dari pos hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terealisasi sebesar Rp 4,94 miliar (106,12 persen) dari yang ditargetkan Rp 4,66 miliar.
Adapun lain-lain PAD yang sah realisasinya mencapai Rp 21,38 miliar (57,22 persen) dari yang ditargetkan sebesar Rp 37,37 miliar. Lain-lain PAD yang sah memberikan kontribusi besar terhadap struktur penerimaan PAD meski hingga akhir Juni prosentase realisasinya baru mencapai 57,22 persen.(Endah/AM)
 klik gambar>>>baca model TABLOID