INFOKU, REMBANG- Bertempat di Aula lantai 3 kantor Pusat
Koprasi Jasa Keuangan Syariah BMT BUS (Baitul Mal Wa Tanwil Bina Umat
Sejahtera) Lasem, PKB PII ( Perhimpunan Pelajar Islam Indonesia ) dan Dewan
Harian Cabang Kejuangan ’45 pada Sabtu (29/9) menggelar acara
dialog kebangsaan .
Tema yang diangkat kali ini
''Memperkokoh Kekerabatan di Era Teknologi Informasi dan Globalisasi Ekonomi''.
Hadir dalam acara tersebut antara
lain Jendral (Purn) Ryamizard Ryacudu,.(Ketua pengurus pusat PKB PII/ Sutrisno
Bachir , Agus Sugiyanto, Dosen Pasca Sarjana UNES/pengurus pusat PKB PII), Muspida
Kab.Rembang Danramil jajaran Kodim 0720/Rembang. Peserta terdiri dari toga,
tomas, toda, LSM, perwakilan mahasiswa dan pelajar SLTA.
Membangun Karakter Negara Pancasila
pada intinya ada dua hal yang perlu digaris bawahi tentang bagaimana
nilai-nilai Pancasila terwujud dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara
Indonesia, yaitu Negara Pancasila akan terwujud.
Hal ini dapat diwujudkan bila
kebijakan negara (konstitusi, undang undang negara, peraturan-peraturan
pemerintah, dan seterusnya) yang diterbitkan sudah sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.
Praktik-praktik dan kebiasaan
bertindak penyelenggara kekuasaan negara menjalankan dengan benar semua
kebijakan negara yang sudah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila ’
Kalimat tersebut disampaikan Jendral
(Purn) Ryamizard Ryacudu saat acara dialog.
Masih Kata Mantan Kasad Jendral
(Purn) Ryamizard Ryacudu Membangun karakter negara adalah bagian dari
membangun diri kita sendiri, dan oleh karenanya membangun karakter negara
adalah menjadi tugas kita semua, founding father negara kita telah dengan susah
payah membidani lahirnya NKRI dan sekarang menjadi tugas kita untuk merawatnya.
Suatu bangsa akan menjadi besar dan
kuat bukan oleh bangsa lain, demikian juga lemah dan hancurnya juga bukan oleh bangsa
lain, melainkan oleh bangsa itu sendiri.”terangnya.
Ryamizard mencontohkan seorang
kapten kapal, ketika melihat kapalnya berada dalam keadaan bahaya dan mulai
tenggelam, yang harus dipikirkan lebih dahulu adalah keselamatan penumpang,,
baru selanjutnya keselamatan kru, dan yang terakhir keselamatan diirinya.
Dan ketika kapal berada dalam
keadaan sulit, seorang kapten tidak pernah menghitung-hitung untung rugi untuk
keselamatan penumpang-penumpangnya. sebagai orang terakhir yang keluar dari
kapal.
“Mungkin ia akan menghadapi bahaya
yang lebih besar dari lainnya.,etos kerja seorang kapten seperti itulah yang
seharusnya menjadi, etos kerja negara. Ketika negara harus mengambil keputusan
dalam situasi sulit dan dilematis, mestinya prioritas (Pemerintah) tetap pada
meringankan beban rakyat.nya “tegasnya.
Masih kata Ryamizard Pemerintah
jangan hanya mencari jalan mudah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan negara dan
memberikan bagian yang terberat kepada rakyatnya.
Jika semangat para penyelenggara
Negara adalah semangat dan kebiasan memanfaatkan Negara sebagai alat untuk
memperkaya diri dan memupuk kekuasan kelompoknya sendiri seperti yang sering
dilangsir di sejumlah media massa belakangan ini, jelas akan membuat
rakyat menyangsikan kejujuran penyelenggara Negara.”terangnya.
Lebih lanjut Ryamizard
mengatakan Para penyelenggara negara saat ini, nampaknya tak sanggup lagi
mengoperasikan mengimplementasikan Pancasila di dalam pembuatan maupun
pelaksanaan peraturan perundang-undangan.
Hal ini karena pembuatan kebijakan
Negara sekarang ini lebih merujuk pada keinginan dan tekanan dana moneter
internasional (IMF) serta negara-negara adidaya.
Tak hanya itu, pelaksanaan negara
juga cenderung mengikuti kepentingan kelompok-kelompok dominan dalam kekuasaan
Negara.”tuturnya .
“Untuk itu, agar kedaulatan Negara
tidak semakin terancam, perlu dilakukan pengerahan kekuatan masyarakat untuk
melakukan kontrol agar pembuatan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan
agar sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.” Tegasnya. ( Sugiarti)
lebih lengkap baca model TABLOID
klik GAMBAR
klik GAMBAR