Jadikan Minyak Bumi, dan Gas Alam Urat Nadi Blora
” Dulu Jepang ngebom
Pearl Harbour itu tujuannya untuk menguasai Tarakan, untuk menguasai
sumber-sumber minyak, jadi sejak lama Indonesia akan jadi pertaruhan untuk
penguasaan di wilayah Asia Pasifik, kemerdekaan Indonesia bukan saja soal
kemerdekaan politiek, tapi soal bagaimana menjadiken manusia yang di dalamnya
hidup terhormat dan terjamin kesejahteraannya”
-Ir.
Soekarno-
MINYAK bumi merupakan salah satu sumber
“keributan” sekaligus “organ” vital kehidupan manusia. Tak sedikit berbagai
aktivitas dan sendi kehidupan kerap digerakkan oleh peran penting Bahan Bakar
Minyak (BBM). Hingga orang di hampir seluruh dunia telah merasa
ketergantungan terhadapnya, termasuk rakyat di negeri kita.
Bahkan kemajuan suatu negara, tak luput
dari peran serta minyak bumi, hingga apabila terdapat perubahan kebijakan dari
dunia Internasional atau pemerintah atas BBM, dampaknya sangat terasa hingga ke
hampir semua lapisan masyarakat paling ujung sekalipun. BBM merupakan salah
satu barang publik yang keberadaannya kerap dianggap strategis dan selalu
menjadi isu nasional dan dunia serta dapat dijadikan sebagai alat politik oleh
para penguasa.
BBM pun kerap menjadi ukuran
popularitas kepemimpinan seseorang secara politis. Presiden dan DPR
beserta sejumlah jajarannya kerap menjadi sasaran unjuk rasa dari hampir
seluruh elemen.
Sensitivitas minyak bumi secara
politik tidak hanya berlaku di tanah air, tetapi di seluruh negara di dunia.
Berbagai negara di dunia rela berkorban dengan taruhan apapun, asalkan pasokan
minyak ke negaranya tetap lancar.
Amerika misalnya, sebagai negara
Adidaya, Amerika telah terbiasa hidup dengan cara menggadaikan kebenaran dan
nurani, menjalankan kelicikan, kejahatan dan berdagang senjata tiada lain demi
minyak bumi untuk kepentingan negaranya.
Mungkin kita masih ingat dengan perang
teluk pada tahun 1990, dimana Irak menginvasi Kuwait yang nota bene sangat kaya
dengan minyak bumi. Ketika itu masyarakat dunia sudah memaklumi bahwa Irak yang
dipimpin Saddam Husein sebagai salah satu negara yang sangat membenci
Amerika dengan George Bush-nya.
Sementara ketika itu negara Kuwait
merupakan salah satu negara pemasok minyak terbesar kepada Amerika. Hingga
secara logika politik jika Kuwait dikuasai Saddam Husein, maka pasokan minyak
bumi kepada Amerika secara otomatis akan terhenti bahkan terputus, hingga
kemungkinan Amerika berpotensi untuk mengalami kebangkrutan.
Oleh karena itu dengan bersembunyi di
balik resolusi Dewan Keamanan PPB sebagai legitimator dan atas nama HAM,
Amerika menyerang Irak dengan seluruh kekuatan yang dimilikinya beserta pasukan
multi nasionalnya, hingga di Irak banyak korban warga sipil berjatuhan.
Secara kasat mata seolah Amerika
membela kebenaran dan HAM serta mengembalikan kedudukan Emir Kuwait, Syeh Jabel
Al Ahmed Al Sabah dari pengasingan. Namun secara hakikat politik George Bush
adalah membela minyak demi kepentingan negaranya, bahkan hingga “mengkultuskannya.”
Jadi Amerika hingga kini selalu siap
membela negara manapun asal ada “kompensasinya” terlebih jika negara yang
dibela sarat dengan aset berupa minyak bumi.
Jika negara-negara Arab di Timur Tengah
yang kaya dengan minyak bersatu dan hidup “harmonis”, maka secara politik
merupakan ancaman bagi Amerika.
Oleh karena itu hingga kini campur
tangan politik Amerika terhadap politik dalam negeri negara-negara Arab yang
kaya minyak, masih cukup dominan dengan segala hegemoninya.
Jadi, negeri Paman Sam dalam konteks
kekinian tak ubahnya sebagai penjajah dunia di abad modern.
Namun yang patut disesalkan adalah para
pemimpin negara Arab tak sedikit yang masih tertidur pulas, dininabobokan.
Energi dan syahwat politik yang
ditimbulkan oleh minyak bumi tak diragukan lagi di dalam negeri dan di seluruh
dunia. fenomena minyak bumi sebagai urat nadi dan penguasa politik dunia
merupakan stigma yang telah diakui masyarakat seantero jagat raya. Minyak bumi
sangat berharga. Karena begitu berharganya, hingga minyak bumi selalu dapat
memengaruhi peta kebijakan politik hampir tiap negara di dunia. Indonesia
merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi, namun hal itu belumlah
cukup, hingga masih harus mengimpor dari negara lain yang nota bene masih
menjadi negara yang memiliki “ketergantungan”.
Sementara, menurut pendapat HM. Amien
Rais dalam bukunya yang berjudul “Selamatkan Indonesia” mengatakan bahwa negara
kita adalah negara yang sangat kaya dengan sumber alam termasuk barang tambang,
tetapi korporasi asing justru menguasai proyek tambang vital seperti di
Blok Cepu yang dikuasi Exxon Mobil.
Menurutnya mengapa Exxon Mobil diberi
hak pengoperasian Blok Cepu dan bukannya Pertamina, padahal Ikatan Sarjana
Geologi Indonesia sudah menyatakan bahwa mereka sudah lebih dari mampu untuk
menjadi operator tambang minyak Blok Cepu?
Tak tanggung-tanggung blok Cepu akan dikuasai
Exxon Mobil hingga tahun 2036. Pernyataan HM. Amien Rais tersebut jika merujuk
kepada filosofi Sunda kurang lebih ibarat “bebek ngoyor di sagara, rek
nginum neangan cai”.
Pengakuan dunia atas vitalnya fungsi
dari minyak bumi diwujukan dengan telah berdirinya Organisasi Negara-Negara
Pengekspor Minyak yang disebut OPEC (Organization Of Petroleum Exporting
Countries), bahkan salah seorang Sekjennya, pernah orang Indonesia yaitu
Prof. Dr. Soebroto. Indonesia adalah anggota OPEC, artinya Indonesia merupakan
negara penghasil minyak yang besar hingga dapat mengekspor ke negara lain.
Ya sudahlah itu nasi sudah menjadi
bubur, artinya keputusan pemerinyah Pusat sudah memutuskan EXXON, maka sekarang
menurut penulis yang kelahiran Cepu kabupaten Blora ini, hendaknya Bupati Blora mencari terobosan
bagaimana Blora kebagian Dana Bagi Hasil (DBH) yang lebih banyak.
Logikanya daerah Blora dengan Blok
Cepu-nya, baik Minyak Bumi aupun Gas
alam mendapat kompensasi DBH yang lebih tinggi.
Sekarang Peran Bupati dan Ketua DPRD untuk
mensejahterakan rakyatnya, hendaknya lebih maksimal lagi dalam upaya menekan
pusat agar DBH karena banyak tokoh Nasional dan Politikus di MPR bahwa Undang-Undang
Nomor 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah penyebab utama ketidakadilan perekonomian di Indonesia.“Minyak bumi dan Gas Alam Blora dari Blora
untuk Rakyat Blora”
(Penulis Drs Ec Agung Budi Rustanto – Pimpinan
Redaksi Infoku)
lebih lengkap baca model TABLOID
klik GAMBAR
klik GAMBAR