Minggu, 28 Agustus 2011

MASJID BAITUNNUR BLORA - INFOKU edisi 15

Mengenal Masjid Baitunnur Blora
INFOKU, BLORA- Masyarakat kabupaten Blora tentunya tak asing lagi dengan Masjid Baitunnur.
Masjid yang merupakan Masjid Agung ini, letaknyapun tepat ditengah kota Blora, yakni di Alun-alun barat kota Blora. Atau dengan kata lain letaknya sangat stretegis karena ada di jantung kota Blora.
Menurut H Haris Tugiman (68), Mantan Pengurus Tamir Masjid Baitunnur, yang juga mantan anggota DPRD Blora purna tahun 1999, Berdirinya masjid tertua ini tak lepas dari masa kepemimpinan Mataram.
“Waktu jaman pemerintahan Sultan Agung (kerajaan Mataram)  antara tahun 1613-1645, mengutus Pangeran Pojok untuk ke Tuban. Dari Perjalanan Pangeran Pojok inilah, awal berdirinya Masjid Baitunnur yakni tahun 1642,” jelasnya.
Lanjutnya Masjid Baitunur ini dulunya dikenal dengan nama masjid Doro Ndekem (Merpati duduk-red).
Mengapa disebut demikian ? Karena saat berdirinya masjid ini, letak tanahnya lebih rendah dibanding Alun-alun kota tersebut, sehingga tampak seperti burung merpati yang sedang duduk (Ndekem-bahasa jawa-red)
Sebagaimana kebiasaan dijaman dahulu, Alun-alun adalah sebagai tempat yang strategis suatu pemerintahan. Sehingga kegiatan apapun selalu dipusatkan disitu.
Dengan pertimbangan itulah maka Pangeran pojok yang saat itu merupakan salah satu panglima perang, memutuskan membangun diseputar alun-alun.
“Saat ini masjid yang berluas kurang lebih 2 ribu meter persegi ini, sudah masuk cagar Budaya dan merupakan aset sejarah Nasional, bersama 5 mesjid tertua di Jawa Tengah,” ungkap Haris.
Oleh sebab itulah keaslian di dalam Masjid ini sampai saat ini masih terjaga. Seperti ruang atas masjid yang letaknya dibawah kubah utama, dan yang dahulu sebagai tempat penyimpanan kitab dan pusaka serta bersemedi masih tetap terpelihara rapi.
Namun dalam perkembangan jaman Masjid Baitunnur ini, mengalami perubahan yang cukup banyak.
Diantaranya yang sangat tampak tambahan tempat ibadah depan dan tempat Wudhu yang boleh dibilang ada dibawah tanah, dalam arti disebelah timur lebih bawah dari ruang Masjid utama.
“Dan inilah yang  boleh dibilang daya tarik tersendiri saat ini bagi para pendatang luar Blora yang ingin melakukan shalat,” tandasnya.
Untuk itulah Haris Tugiman yang juga mantan kepala sekolah SMEA Blora ini berharap, agar para remaja tetap memanfaatkan Masjid ini sebagai pusat kegiatan keagamaan Islam di kabupaten Blora ini. (Agung)
 klik gambar===>baca model TABLOID